Virus Kuning
A. Klasifikasi
1. Klasifikasi
serangga vektor kutu kebul (Bemisia tabaci)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Family : Aleyrodidae
Genus : Bemisia
Species : Bemisia tabaci
(Anonimb, 2011)
2. Klasifikasi
virus kuning atau virus Gemini.
Family : Geminiviridae
Genus : Begomovirus
(Anonima, 2011)
B. Bioekologi
Penyakit kuning cabai
di Indonesia yang dalam kasusnya di daerah Kediri disebabkan oleh virus dari
kelompok/Genus Begomovirus (singkatan dari: Bean golden
mosaic virus), Famili Geminiviridae. Gemini virus
dicirikan
dengan bentuk partikel kembar berpasangan (geminate)
dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Gemini virus termasuk dalam kelompok virus
tanaman dengan genom berukuran 2,6-2,8 kb berupa utas tunggal DNA yang
melingkar dan terselubung dalam virion ikosahendra kembar (geminate). Replikasi
virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui pembentukan utas ganda DNA.
Kelompok virus gemini dibedakan dalam 3 subgrup, pertama memiliki genom yang
monopartit, menginfeksi tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh vektor wereng
daun (leafhopper); subgrup kedua
ditularkan vektor wereng daun dan memiliki genom monopartit tetapi menginfeksi
tanaman dikotiledon; subgrup ketiga memiliki anggota paling banyak dan beragam
dengan genom bipartit yang menginfeksi tanaman dikotiledon dan ditularkan oleh
serangga vektor kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.)
A. Gejala
Tanaman yang terserang gemini virus
secara umum gejala-gejala yang dapat diamati adalah helai daun mengalami “vein
clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang
jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi
lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning
terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Pengamatan lapang menunjukkan
pertanaman cabai merah yang 100% terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.
Variasi gejala yang mungkin timbul
pada cabai adalah sebagai berikut:
1. Tipe -1. Gejala diawali dengan pucuk
mengkerut cekung berwarna mosaic hijau pucat, pertumbuhan terhambat, daun
mengkerut dan menebal disertai tonjolan berwarna hijau tua.
2. Tipe-2. Gejala diawali dengan mosaik
kuning pada pucuk dan daun muda, gejala berlanjut pada hampir seluruh daun
menjadi bulai.
3. Tipe-3. Gejala awal urat daun pucuk
atau daun muda berwarna pucat atau kuning sehingga tampak seperti jala, gejala
berlanjut menjadi belang kuning, sedangkan bentuk daun tidak banyak berubah.
4. Tipe-4. Gejala awal daun muda/pucuk
cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan, gejala berlanjut dengan
seluruh daun berwarna kuning cerah, bentuk daun berkerut dan cekung dengan
ukuran lebih kecil, serta pertumbuhan terhambat.
B. Penularan
dan Penyebab
Penyakit yang disebabkan oleh virus
gemini tidak ditularkan karena tanaman bersinggungan atau terbawa benih. Di
lapangan virus ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci atau Bemisia
argentifolia. Kutu kebul dewasa yang mengandung virus dapat menularkan
virus selama hidupnya pada waktu dia makan pada tanaman sehat. Satu kutu kebul
cukup untuk menularkan virus. Efisiensi penularan meningkat dengan bertambahnya
jumlah serangga per tanaman. Sifat kutu kebul yang mampu makan pada banyak
jenis tanaman (polifagus) menyebabkan virus ini menyebar dan menular lebih luas
berbagai jenis tanaman. Selain itu, virus gemini memiliki tanaman inang yang
luas dari berbagai tanaman seperti: ageratum, kacang buncis, kedelai, tomat,
tembakau, dll.
C. Pengendalian
Usaha
pengendalian penyakit virus kuning (khususnya dengan pestisida) terutama
ditujukan kepada serangga vektornya, karena sampai saat ini tidak ada pestisida
yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian yang dapat mematikan virus.
Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman
cabai, antara lain ;
1. Melakukan upaya preventif dengan
penggunaan benih tahan virus kuning, penggunaan benih yang tahan virus kuning
akan meminimalisir serangan virus.
2. Mengolah lahan dengan baik dan
pemupukan yang berimbang, yaitu 150-200 kg Urea, 450-500 kg Za, 100-150 kg TSP,
100-150 KCL, dan 20-30 ton pupuk organik per hektar.
3. Pembibitan dengan cara penyungkupan
tempat semaian dengan kain kasa atau plastik yang telah dilubangi. Dan membuat
rak pembibitan setinggi lebih kurang 1 m.
4. Tempat persemaian yang terisolasi
jauh dari lahan yang terserang penyakit.
5. Menanam varietas yang agak tahan
atau toleran terhadap virus maupun serangga penular, misalnya cabai keriting
jenis Bukittinggi.
6. Menggunakan bibit tanaman yang sehat
(tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari daerah terserang.
7. Mengatur waktu tanam agar tidak
bersamaan dengan tingginya populasi serangga penular, jarak tanam yang tidak
terlalu rapat, dan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang dari
virus maupun serangga (terutama bukan dari famili solanaceae seperti tomat,
cabai, kentang, tembakau, dan famili cucurbitaceae seperti mentimun). Rotasi
tanaman akan lebih berhasil apabila dilakukan paling sedikit dalam satu hamparan,
tidak perorangan, dilakukan serentak tiap satu musim tanam, dan seluas mungkin.
8. Eradikasi tanaman sakit, yaitu
tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak
menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat. Namun pada daerah-daerah
yang telah terserang berat, tanaman muda yang terserang tidak dimusnahkan,
tetapi dibuang bagian daun yang menunjukkan gejala kuning keriting dan kemudian
disemprotkan pupuk daun.
9. Melakukan sanitasi lingkungan,
terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu/ gulma berdaun lebar dari jenis
babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang
virus.
10. Penggunaan mulsa perak di dataran
tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga pengisap
daun.
11. Menanam pembatas/barrier jagung
sebanyak 4-5 baris disekeliling pertanaman cabai serta penanaman tagetes (bunga
tai ayam) terutama dipinggir pertanaman cabai.
12. Pelepasan predator Menochillus
sexmaculatus, mampu memangsa sebanyak 200-400 ekor B. tabaci per hari, 12 ekor
thrips per hari, 200 ekor aphids per hari, Siklus hidup 18-24 hari, satu ekor
betina menghasilkan telur sekitar 3.000 butir.
Untuk mendukung keberhasilan usaha pengendalian
penyakit virus kuning pada tanaman cabai, diperlukan peran aktif para petani dalam
mengamati/memantau kutu kebul dan pengendaliannya mulai dari pembibitan sampai
di pertanaman agar diketahui lebih dini timbulnya gejala penyakit dan
penyebarannya dapat dicegah.
Komentar
Posting Komentar